This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kamis, 17 Oktober 2013

Warung Makan Plus



Aku adalah seorang penggemar masakan. Sudah banyak tempat yang kudatangi untuk mencicipi masakannya. Tetapi aku justru tertarik oleh sebuah warung yang kata teman-teman banyak menyediakan berbagai menu, sebut saja warung plus (WP).


Seperti biasa, malam hari sekitar jam 19:00, sepulang kerja aku selalu mencari tempat untuk makan (maklum bujangan), dan aku teringat oleh kata temanku yang baru siang tadi makan di WP. Karena jarak antara kantor dan WP agak jauh maka aku segera buru-buru melarikan mobilku. Sesampainya di sana aku agak bingung, karena begitu banyak mobil dan motor yang parkir.
Tanpa pikir panjang kuparkir di tempat yang agak jauh. Mobil yang parkir di situ rata-rata adalah mobil luar kota, kebanyakan plat L dan W. Ketika memasuki WP, di sana ada banyak meja yang kosong, sempat aku berpikir, "Apakah aku salah tempat?"

"Ndhut.." kulihat seorang teman memanggil diriku.
Aku biasa dipanggil Gendhut oleh teman karena perut yang agak menonjol, mungkin karena terlalu banyak makan.
"Den, ngapain di sini?" tanyaku ke Deny, karena kulihat di mejanya hanya ada sebotol Fanta dan gelas.
"Lagi nunggu," sahutnya.
"Nunggu apa? Makanan?" tanyaku penasaran.
"Lagi nunggu servis," balasnya yang membuatku penasaran.
"Servis apa? Mobil?" tanyaku semakin penasaran.
"Lha kamu mau apa?" Deny balik bertanya.
"Makan," jawabku polos.
"Wah kuno kamu, di sini ada servis selain makan dan minum," balas Deny sambil menyeringai.

"Mas, mau pesan apa?" tanya seorang cewek yang sempat membuatku terkejut.
"Eh.. di sini ada apa aja?" jawabku.
"Di sini ada cewek," sahut Deny seraya mengerlipkan sebelah mata kepada cewek tadi.
"Ah.. Mas Deny ini, genit ah.. kan pelanggan baru kalau nggak mau bagaimana?" jawab si cewek agak manja.
"Saya pesan nasi campur dan es jeruk yang lainnya nanti saja," jawabku sambil memperhatikan cewek yang akhirnya kutahu namanya adalah Mina.

Mina adalah pegawai di warung itu, selain cantik juga mempunyai tubuh yang lumayan, tinggi; sekitar 170 cm, kulit; putih mulus, dada; sekitar 36, pinggul; seksi (apalagi kalau berjalan). Sambil makan dan berbincang dengan Deny, baru kutahu kalau si Deny ini sering ke sini, makanya dia berani menggoda Mina. Selesai makan Deny mengajakku ke sebuah ruangan di dalam warung itu, ruangan itu tidak terlalu lebar tapi sangat panjang dan memiliki banyak kamar dan hanya ada satu pintu untuk masuk dan keluar. Kulihat Deny memasuki kamar pertama, dan ternyata di situ adalah tempat receptionis dan seorang wanita yang sedang menulis-nulis sebuah buku (sepertinya buku administrasi).

"Mbak, ada yang kosong?" tanya Deny.
"Ada, ehm.. mau dua atau satu Den, atau.. masing-masing dua?" sambil melihat ke arahku.
"Masing-masing satu aja, ini temanku baru pertama kali ke sini," kata Deny.
"Oke, mau yang mana?" tanya wanita itu sambil memberikan foto-foto cewek lengkap dengan nama dan umur mereka di balik foto-foto itu.
"Eh.. kamu mau yang mana?" tanya Deny kepadaku.
Kemudian aku melihat separuh foto-foto itu karena yang separuhnya sedang dilihat Deny. Tak lama setelah kami bertukar foto, aku memilih sebuah foto yang dibaliknya ada nama Putri dan berumur 20 tahun.
"Oke, silakan tunggu di kamar 30 dan 31!" jawab wanita itu sambil memberikan kunci kamar nomor 30 kepadaku.
Sambil berjalan menuju kamar 30, aku sempat mendengar suara desahan nafas yang sangat kuhafal karena sering menonton film biru. Ketika aku sampai di depan pintu kamar seorang cewek cantik berusia sekitar 18 tahun menghampiriku dan bertanya,
"Mau sama Mbak Putri ya Mas?" tanyanya.
"Iya.." jawabku sambil mengamati wajah dan tubuh yang hanya mengenakan kaos ketat tipis tanpa BH dan celana ketat pendek (sepertinya celana untuk senam).
"Mas baru pertama ya ke sini?" tanyanya menyelidik.
"Iya.. kok tahu?" sahutku.
"Iya, tahu dong kan yang masuk sini selalu saya perhatikan dan kebanyakan hanya om-om. Oh iya nama saya Nani. Situ siapa?" tanyanya.
"Aku Charles. Masuk yuk, di dalam kan lebih enak!" sambil membuka pintu kamar dan menutup setelah Nani masuk.

Setelah berbincang dengan dia baru kutahu kalau dia anak pemilik warung yang tidak diperhatikan oleh orangtuanya karena sibuk dengan urusan warung, makanya dia berada di ruangan itu tanpa sepengetahuan orangtuanya. Tak berapa lama kemudian pintu kamar terbuka, ternyata Putri yang kupesan tadi.

"Maaf, lama menunggu ya," kata putri.
"Udah dulu ya Mas, Mbak putri sudah datang, silakan bersenang-senang," kata Nani.
"Lho, Nani nanti kalau ibu tahu kamu bisa dimarahi lho," kata Putri.
"Cuek aja, yang penting bisa happy (sambil keluar dari kamar)," kata Nani.
"Mas sudah lama nunggu ya?" tanya Nani.
"Ah enggak kok, lagian kan ada Nani," kataku.
"Saya ke kamar mandi dulu ya, Mas buka saja dulu pakaiannya supaya lebih rileks," kata Putri.

Setelah Putri masuk kamar mandi, kubuka baju dan celana sampai telanjang bulat. Sambil menunggu kuperhatikan kamar itu, ternyata itu adalah kamar Putri, di sana banyak foto Putri sedang in action. "Wah Mas kok nafsu banget, nggak pakai pemanasan?" tanya Putri menyadarkanku dari lamunan. Ternyata Putri sudah tidak memakai apa-apa kecuali handuk yang hanya mampu menutupi dadanya yang kalau dilihat dia berukuran 35D itu, dan daerah liang senggamanya hanya tertutupi oleh bulu kemaluan yang tidak terlalu lebat.
"Mas, kok ngelamun?" tanya dia lagi.
"Wah tubuhmu bagus sekali," jawabku.
Tanpa basa-basi kutarik tubuh itu dan kuciumi bibir tipis yang membuat wajahnya menjadi cantik. Putri tidak membalas ciuman pada menit pertama, tapi lama kelamaan dia mulai membalas ciumanku dengan sangat buas. "Mas rebahan di kasur ya! biar bisa isep itu," sambil menunjuk ke arah kemaluanku yang tak terasa sudah mulai menegang.

Aku langsung saja tiduran dan dia membuka handuk yang menempel tadi dan menjatuhkannya di lantai. Ternyata aku salah menilai susu yang besar itu, ternyata berukuran 36D. Setelah menaiki kasur dia langsung menciumi bibirku dan perlahan mulai turun dan akhirnya dia mengulum batang kemaluanku yang berukuran sekitar 15 cm itu.

Aku pun menikmati permainan itu, secara perlahan dia mulai menaikiku dan mengarahkan batang kemaluanku yang sudah siap perang ke arah lubang kemaluannya. "Bless.." dan, "Ah.." Putri mendesah sambil memejamkan matanya. Agak lama dia terdiam dan aku merasakan sesuatu yang memijit batang kemaluanku di dalam lubang kemaluannya. Dia mulai membuka mata dan menaik-turunkan pinggulnya.
"Ah.. ah.. ah.. Mass.. ah.. ennaaknyaa.. ah.." sambil terus menaik-turunkan pinggulnya. Sampai akhirnya dia menjerit "Mass.. aku.. mauu.. keluuarr.. ah.." kurasakan ada cairan yang menyemprot kemaluanku dengan derasnya. Namun aku masih belum bisa menerima perlakuan ini, aku ganti posisi sehingga aku berada di atas dan dia membuka kakinya lebar-lebar seakan menyambut kedatangan kemaluanku. "Ayo Mas, puaskan Mas, basahi memek ini Mas." Tanpa ba bi bu, aku langsung menggenjot dia sehingga dia mengalami klimaks yang kedua kalinya.

"Aaah.. aah.. aah.. Maass.."
"Puutt.. aku.. su.. dah.. nggak.. kuaat.. ah.."

Kuakhiri kata-kata terakhir sambil memuncratkan spermaku ke dalam lubang kemaluannya. "Mas ini kuat sekali ya, aku belum pernah seperti ini," katanya sambil lubang kemaluannya memijit batang kemaluanku yang masih tegang di dalam. "Aku juga Put, belum pernah merasakan yang seperti ini (hanya alasan supaya senang)." Dan kami melakukannya sekali lagi karena kemaluanku masih tegang dan dipijat terus oleh lubang kemaluannya, jadinya tidak bisa tidur walau sudah keluar.

Setelah selesai aku membersihkan diriku di kamar mandi. Selesai mandi aku keluar kamar dan melihat Putri tertidur, aku langsung saja keluar kamar, eh.. ternyata Deny sudah lama menungguku dan dia sudah membayar ongkos service tadi. Aku pun pamit dan berterima kasih pada Deny karena sudah malam dan besok masih ada pekerjaan yang menunggu di kantor.

Pada hari Sabtu sore aku berjalan-jalan di sebuah pertokoan di dekat alun-alun. Kulihat jam sudah menunjukan pukul 18.00 dan perutku sudah mulai lapar. Ketika mencari sebuah rumah makan aku melihat ada seorang gadis yang duduk sendiri membelakangiku dan tampaknya gadis itu adalah Nani anak dari yang punya WP, dan kusapa dia.

"Hi, Nan.." sapaku.
"Oh, Mas Charles.." kata Nani.
"Sendiri?" tanyaku.
"Nggak, sama teman," jawabnya.
"Sama pacar?" tanyaku lagi.
"Pacar? belum punya tuh," katanya.

Tak lama kemudian ada sepasang muda-mudi yang bergandengan tangan ke arah kami.

"Mas kenalin ini teman saya Erika dan Budi," kata Nani.
"Nama saya Charles," kataku memperkenalkan diri.
"Saya Erika," kata Erika.
"Budi," kata Budi.
"Kok lama banget sih, kamu lagi pesan atau buat masakan?" tanya Nani.
"Kan antri non," kata Erika.
"Char, kamu nggak pesan?" tanya Budi.
"Sudah tadi (ketika sedang berduaan)," kataku.
"Nan, kamu nanti ikut kami nggak? Berempat kan asyik," kata Erika.
"Tanya dulu dong, masa langsung angkut. Mas Charles ada acara nggak?" tanya Nani.
"Nggak ada," kataku.
"Mau ikut kami?" tanya Nani.
"Ke mana?" tanyaku.
"Ada deh," kata Nani.
"Boleh, lagian besok libur kantor, nganggur," kataku.
Sambil makan aku memperhatikan Erika yang tak kalah cantik dibanding Nani, tingginya sekitar 160 cm, dadanya sekitar 34, kulitnya coklat, pinggulnya agak kecil (lumayan). Setelah makan kami menuju ke areal parkir. 

Karena masing-masing bawa mobil (aku dan Budi) maka aku satu mobil sama Nani karena dia yang tahu mau ke mana. Saat di dalam mobil dia banyak cerita tentang temannya yang akhirnya kutahu kalau mereka itu sedang berpacaran dan sudah bertunangan. Ketika akan melewati sebuah hotel Nani menyuruhku untuk masuk ke dalam hotel itu.

"Mau nginap?" tanyaku.
"Ya ke sini ini tujuan kita," kata Nani.

Sambil mencari tempat parkir aku berpikir kalau aku sedang mendapat kejutan akan berkencan dengan seorang gadis yang cantik dan gratis karena dia yang mengajak. Setelah menemukan tempat yang aman dari teman sekantor, kami masuk ke dalam dan teman Nani sudah memesan sebuah kamar VIP. Kami pun berjalan mengikuti belboy yang menunjukkan di mana kamar kami. Sesampainya di kamar, Budi memberi tip kepada belboy dan menutup pintu kamar.

Kamar yang unik menurutku (karena belum pernah masuk), ada dua kasur besar di dalam dua ruangan tanpa pintu yang berseberangan, sebuah ruang tamu lengkap dengan TV, kulkas, AC dan sebuah meja kecil dengan telepon. Kami berempat duduk berpasangan di ruang tamu, aku dengan Nani dan Budi dengan Erika. Tanpa menunggu aba-aba Budi langsung menciumi Erika, dan kurasakan tangan Nani mulai membelai pahaku. Aku pun langsung memeluk Nani dan menciumi bibir sensualnya. Nani pun membalas ciuman itu dengan buas dan liar bagai singa sedang memakan mangsanya. Kemudian Erika bertanya,
"Nan, kamu kamar yang mana?"
"Terserah deh, pokoknya ada kasurnya," kata Nani.
"Aku masuk dulu ya," kata Erika.
"Aku juga ah.. nggak enak di sini," kata Nani.
Sambil menarikku ke dalam kamar dan membaringkan aku dengan sedikit mendorong.
"Mas, aku akan servis kamu lebih dari yang pernah kamu alami," kata Nani.
"Boleh aja, asal bisa tahan lama," kataku.

Nani membuka pakaiannya sambil melenggak-lenggokkan pinggul layaknya seorang penari striptease. Setelah pakaiannya habis dia berjongkok sambil menciumi batang kemaluanku yang sudah tegak di dalam celana. Sambil menciumi dia membuka celana dan aku membuka baju sampai telanjang bulat. Dia langsung menciumi dan menjilati kemaluanku yang sudah tegak berdiri dengan gagahnya.
"Mas besar sekali?" tanya Nani.
"Tapi enakkan.." kataku.
"Iya.." katanya.
Kemudian kutarik tubuhnya sehingga aku dapat menciumi lubang kemaluannya dan dia tetap dapat mengulum kemaluanku.
"Mas.. lidahnya.. nakal.. auw.. ah.." katanya sambil mendesah.
"Kamu juga pintar mainin lidah," kataku.
"Mas.. masukin.. aja.. ya.. aku.. pingin.. ini.." kata Nani.
Sambil memutar tubuhnya, sayub-sayub aku mendengar jeritan nikmat dari kamar seberang.
"Ah.. Mas.. nikmat.. Mas.. ah.." katanya ketika batang kemaluanku masuk dan sambil menaik-turunkan pinggulnya aku merasakan batang kemaluanku mendapat hisapan yang sangat kuat.
"Mas.. oh.. ah.. Mas.. enak.. ah.." desah Nani.
"Ka.. muu.. juga.." selang agak lama dia mulai mempercepat genjotannya dan akhirnya dia orgasme.
"Ah.. Mas.. ah.. enak.."
Aku tahu dia sudah lemas, maka aku membalikkan tubuhnya sambil batang kemaluanku tetap di dalam dan mulai menggenjot tubuhnya.
"Oh.. Mas.. yang keras.. Mas.. ah.." dia berkata sambil mengangkat kedua kakinya sehingga aku dapat menciumi betisnya.
Tak berapa lama, "Mas.. aku.. mau kegh.. luar.. ah.. Mas.. nggak.. kuat.." teriaknya.
"Ta.. han.. sebentar ya.. aku.. juga.. hmmff," aku mempercepat gerakan dan akhirnya..
"Mas.. ah.. aku.. keluar.. Mas.. aagh.. hmmff.. hmmff.."
"Ah.. ah.. oh.."
Kami mengeluarkan secara bersamaan dan aku mencium keningnya dan dia pun membalas mencium dadaku sambil sedikit menggenjot secara halus untuk mengeluarkan sisa sperma yang belum keluar. "Plok, plok, wah hebat bener sampai Nani harus dua kali keluar," kata Erika yang sedang memperhatikan kami, ternyata dia dan Budi sudah lama menonton pertandingan kami dan kami tidak menyadarinya.

Setelah membersihkan diri kami berkumpul di ruang tamu sambil berbincang tanpa sehelai benang yang menempel.
"Gimana Nan enak?" tanya Erika.
"Luar biasa Er, aku belum pernah seperti ini," kata Erika.
"Kalau sama aku?" tanya Budi.
"Kamu sih nggak ada apa-apanya sama dia?" kata Nani sambil menyandarkan kepalanya di dadaku.
"Masa?" tanya Budi.
"Iya, punya dia kan lebih besar dan lebih lama," kata Nani.
"Kalau lama aku mungkin bisa kan biasanya melayani kalian berdua jadinya capek kan," kata Budi.
"Gimana kalau nanti kita tukar, aku sama Charles dan kamu (Nani) sama Budi," kata Erika.
"Wah rugi aku dapat Budi," kata Nani.
"Menghina ya," kata Budi.
"Nggak pa-pa Nan, aku kan juga pingin ngerasain," kata Erika.
"Kamu mau nggak Mas?" tanya Nani kepadaku.
"Boleh, tapi biasanya yang kedua lebih lama," kataku.
"Waduh, rugi dua kali nih," kata Nani.
"Kamu kan kapan-kapan bisa berduaan lagi, kalau aku kan mau menikah," kata Erika.
"Iya deh," kata Nani.
Setelah itu Erika dan Nani bertukar tempat dan sekarang Erika berada dalam pelukanku sedangkan Nani bersama Budi. Selang agak lama berbincang-bincang Erika mulai meraba-raba dadaku dan memberikan ciuman kecil pada pentilku. Aku pun membalas dengan membelai lembut buah dada yang tampak menggairahkan itu.

Tak lama kemudian Budi menggendong Nani dan membawanya memasuki kamar tempat Erika dan Budi bermain pada mulanya. Sedangkan Erika semakin buas dan segera mengulum batang kejantananku yang masih tidur dengan nyenyaknya. Aku pun menikmati perlakuan yang diberikan Erika kepada batang kejantanan yang sekarang setengah tiang itu.



Tampaknya Erika sangat ahli dalam hal mengulum, buktinya tidak lama kemudian adik kesayanganku itu terbangun dalam keadaan siap tempur. Aku menjadi tidak sabar dengan keadaan itu maka dengan nafsu yang besar kugendong tubuh Erika menuju ke kamar yang satunya lagi.
Di dalam kamar langsung kulempar tubuh itu ke atas kasur dan aku pun mulai menciumi daerah liang senggama Erika yang sudah terlihat sangat merangsang. "Emh.. emh.. ahh.." tampaknya Erika mulai merasakan rangsangan yang aku berikan. "Mas.. aku.. pingin.. Mas.. ah.." setelah berkata, dia langsung membalikkan badannya dan sekarang posisi kami saling berhadapan dengan dia di atas dan aku di bawah.

Dia mulai mengarahkan batang kemaluanku ke arah kemaluannya dan.. "Ahh.." amblaslah batang kemaluan yang lumayan besar itu. Tanganku pun tak mau tinggal diam, meremas-remas buah dada yang sedang mengayun-ayun di atas dadaku. "Emh.. ah.." dia pun mulai memainkan pantatnya.

Tak berapa lama dia mengejang dan menurunkan pantatnya sampai batang kemaluanku amblas tak terlihat, rupanya dia sudah orgasme, tapi dia tidak seperti habis orgasme tetap menaik-turunkan pantatnya malah semakin cepat.

Aku pun merasa nikmat dan dalam waktu singkat aku pun orgasme.

Kami pun tertidur kecapaian sambil kemaluanku tetap di dalam liang senggamanya dan kepalanya berada di dadaku.

Keesokan harinya kami pulang ke rumah masing-masing, dan sejak kejadian itu aku tidak pernah bertemu dengan Erika lagi, begitu juga Nani, entah kemana mereka, seolah hilang ditelan bumi.

Maka aku pun hanya bisa membayangkan tidur bersama mereka berdua. Dan aku semakin sering datang ke warung barangkali bisa bertemu Nani, kalaupun tidak bertemu masih ada keistimewaan dari warung itu, makan sambil ngeseks.

Menebus Rasa Bersalah


Dua minggu setelah aku diperkosa beramai-ramai di malam Halloween, Doni akhirnya menyempatkan diri datang ke kotaku diantara kesibukan sekolah dan tugas-tugas akhir semester dia. 
Aku tentu saja senang sekali dijenguk Doni dan kami berdua memikirkan rencana untuk akhir pekan itu. Terus terang aku merasa sangat bersalah terhadap Doni karena aku sangat menikmati perkosaan itu, dan aku belum dan tidak akan menceritakan kejadian itu kepada siapapun, terlebih lagi Doni. 
Di antara kami berdua memang tidak ada perjanjian untuk setia, dan kami setuju untuk bebas tidur dengan siapapun yang kami inginkan, tapi aku yakin perjanjian itu tidak dimaksudkan untuk seks keroyokan seperti dua minggu lalu, meski demikian aku yakin sejak kita mulai pacaran pasti telah ada beberapa cewek yang menghangatkan ranjang Doni. 
Mungkin karena rasa bersalah itu aku merencanakan sebuah surprise untuk Doni. Hari Jumat pagi itu aku mengepak pakaian tidur seksi yang kubawa ketika aku menyerahkan tubuhku ke Doni untuk pertama kalinya (baca Akhir Pekan yang Panjang). Doni akan tiba sekitar pukul 6 sore, dan kami akan makan malam bersama. 
Aku sengaja memesan sebuah kamar hotel untuk kami berdua malam itu dengan tujuan untuk memberikan servis seks yang terbaik untuk Doni. Kelas terakhirku hari itu beres jam 5.30, aku berjalan ke arah perpustakaan di sekolahku dimana kami berjanji untuk bertemu. 
Sambil berjalan aku melewati gedung kelas tempatku diperkosa beramai-ramai, dengan setengah tak sadar aku berjalan masuk ke gedung kelas itu. Kejadian malam itu dua minggu lalu berputar di kepalaku seperti sebuah kaset film porno. Aku membuka ruang kelas tempat si Drakula menyeretku dan mereka berenam bergiliran menikmati tubuhku. Payudaraku terasa mengeras, cairan vaginaku merembes keluar memikirkan kejadian malam itu yang sangat nikmat. Tanpa terasa aku melamun di sana membayangkan si Kelinci dan si Drakula menyetubuhiku secara bersamaan di atas meja di depanku.... 
Sampai tiba-tiba lamunanku diganggu orang-orang yang masuk ke ruangan itu untuk kelas berikutnya. Aku melanjutkan perjalananku ke perpustakaan, dan duduk di bangku di depan gedung menunggui Doni datang sambil memperhatikan orang lalu-lalang di depanku. 
Sepasang tangan menutup mataku dari belakang, "Doni sudah ada di sini", pikirku. Aku membalikkan badanku dan langsung mencium bibir priadi belakangku, tapi ternyata uupps.. 
Ita yang ada di belakangku.. kami berdua tertawa berderai-derai. "Gile Ness, elo udah bernapsu banget ya pengen ketemu Doni hahaa.. gua baru aja beres kelas nih" "Iya, ampir aja gua remes pantat elo untung nyadar elo bukan doni hehee... " 
"eits.. malem itu kita maen masih belum puas yah ? hahahaa..

" Aku tersipu mendengar komentar Ita terakhir itu. Beberapa hari yang lalu aku dan Ita sempat berhubungan seks sesama jenis ketika vaginaku masih terasa terlalu perih untuk disetubuhi dengan penis tapi aku benar-benar sedang birahi. 
Ita, sebagai sahabatku (yang kebetulan juga sedang bernapsu tinggi), membantu menuntaskan nafsu seksku. "hus.. jangan bilang siapa-siapa yah.." "jangan takut bos.. pokoknya sip deh. 
Gua pulang dulu deh. Enjoy date sama Doni, jangan sampe terlalu perih seperti kemaren hehe ntar gua mesti bantu elo lagi" Kuremas pantat Ita dengan gemas dan kucium bibirnya untuk membalas komentar itu. Ita bukannya ngacir, tapi malahan memeluk badanku dan french kiss denganku di depan perpustakaan itu. 
"Lhooo.. katanya mau date denganku, tapi koq malahan cipokan dengan cewek lain?", Doni tiba-tiba muncul di sampingku. Ita dan aku berdua tertawa cekikikan tertangkap basah sedang berciuman. Ita mencium pipiku dan pulang ke rumahnya. Doni menggamit tanganku dan kami berdua pergi makan malam bersama sambil bercerita tentang sekolah dan mengobrol. Restoran tempat kami makan ada di dekat pusat kota, dengan suasana romantis penuh dengan pasangan2 yang sedang pacaran. 
Kami duduk di pojok yang agak sepi. Doni tampil keren malam itu dengan kemeja dan celana jeans, sedangkan aku sempat berganti pakaian setelah kelasku tadi, mengenakan sexy mini dress hitam yang biasa kupakai untuk mencari cowok di dance clubs. 
Tapi malam ini aku sengaja mengenakan itu untuk menarik perhatian Doni. Ketika kami berjalan ke meja kami di restoran itu, aku bisa merasakan mata semua cowok-cowok disana mengikuti lenggak-lenggok tubuhku. Kami berdua duduk berdekatan di pojok itu, diterangi satu lilin kecil di tengah meja yang memancarkan sinar remang-remang. 
Sambil makan kami masing-masing minum segelas wine, membuatku agak teler juga, tetapi lebih penting lagi, membuatku sangat horny. Kami berpegangan tangan di bawah meja sambil menikmati makanan dan minuman. 
Sesekali Doni mencium pipiku atau mengusap-usap pahaku di bawah meja. Situasi yang romantis di restoran itu, ditambah dengan wine yang kuminum benar benar mempengaruhi birahiku yang meninggi. 
Aku memegang tangan Doni dibawah meja, dan sengaja menarik tangannya naik ke pahaku, ke bawah hem dressku yang memang pendek itu. 
Jemari Doni dengan lincahnya merayap ke pangkal pahaku, menari-nari di luar kemaluanku. Doni hanya tersenyum ketika dia menyadari aku tidak mengenakan celana dalam malam itu, cairan vaginaku meleleh ke jari telunjuk Doni. 
Ketika tiba-tiba pelayan kami datang untuk mengambil piring-piring kotor dari meja kami, Doni cepat-cepat menarik tangannya dari kemaluanku, aku dengan tersipu merapikan kembali dress bawahku. 
Sementara Doni dengan tersenyum nakal malah menjilat jari telunjuknya yang berkilau-kilau dari cairan kemaluanku. Aku bisa merasakan mukaku merona merah padam melihat itu. Kami berdua memesan sebuah dessert sebagai penutup makan malam itu, sambil menunggu dessert kami datang, jari2 Doni yang nakal kembali merayap di dalam dressku, mula-mulanya mengusap-usap vaginaku dari luar, lama kelamaan jari jempolnya sudah mengusap-usap kelentitku, sementara jari tengah, jari telunjuk dan jari manisnya asyik keluar-masuk dari vaginaku, membuat nafsuku melayang-layang menuju orgasme. 

Tubuhku dipacu terus-menerus oleh jemari Doni di bawah meja, sampai akhirnya seluruh ototku menegang seolah-oleh terkena listrik, jari Doni bergerak pelan-pelan sekali di dalam vaginaku, menciptakan gesekan-gesekan nikmat di dinding kemaluanku. 
Dalam keadaan setengah sadar itu, aku membuka kakiku lebar-lebar di bawah meja, di tengah-tengah restoran yang ramai (meskipun dalam keadaan remang-remang). Untung sekali aku bisa menahan jeritan kenikmatan orgasmeku itu. Ketika nafsuku turun kembali, dan kesadaran pelan2 masuk kembali ke tubuhku, doni sedang meminum wine sedikit-sedikit sambil menjilati jarinya yang penuh dengan cairan vaginaku dan tersenyum penuh kepuasan setelah membawaku ke sebuah orgasme yang nikmat. 

Kami berdua menyelesaikan makanan kami, dan berjalan keluar, lengan Doni memeluk pinggulku dengan erat. Aku berbisik ke telinga Doni,"Say, gua udah ngebook hotel buat kita berdua malam ini" 
"Mmmm.. kita mungkin engga bakal sempat tidur malem ini kalo begitu", Doni meremas pantatku dan mencium bibirku dalam-dalam. 
Kami menyetir ke sebuah hotel yang terletak di tengah kota, aku sudah agak tidak sabaran dan langsung menyeret Doni menuju lift naik ke tingkat 30. Di dalam lift sengaja aku mengusap penis Doni dari balik celana panjang, dan perlahan-lahan penis Doni menegang keras. 


Ketika kami tiba di tingkat 30, kemaluan Doni saking kerasnya dia agak kesulitan berjalan keluar lift. Aku lagi-lagi menarik tangan Doni cepat-cepat ke kamar kita sambil tertawa melihat masalah Doni berjalan. Ketika kami tiba di pintu kamar kami, ada pasangan lain yang sedang berusaha membuka pintu kamar mereka yang bersebelahan dengan kami. 
Cowok itu mencuri-curi pandang tubuhku sambil membuka pintu mereka, dan aku dengan perlahan-lahan mengeluarkan kartu kunci kamar yang kusembunyikan di daerah payudara dress-ku, sengaja memperlihatkan sedikit payudaraku ke cowok sebelah. 
Lalu aku menggamit tangan Doni dan kami berdua masuk ke dalam kamar, hihi pasti cowok sebelah itu akan penasaran apa yang terjadi selanjutnya, dan aku bertekad untuk menjerit lebih keras malam ini ketika disetubuhi Doni supaya cowok-cewek kamar sebelah tahu apa yang terjadi. Begitu pintu kamar kami tertutup, aku mendorong tubuh Doni ke pintu, dan membuka retsleting celana Doni. 
Sambil melihat mata Doni dalam-dalam, aku perlahan-lahan berlutut di depan dia, dan menjilati kemaluan Doni seperti sebuah es krim. Doni mendongakkan kepalanya menikmati kehangatan mulutku di penisnya. Sambil aku menyedot penisnya keras-keras, Doni menggerakkan pinggulnya maju mundur dan memegang kepalaku dengan dua tangannya. 
Aku bergilir menjilati dan menyedot penis Doni, sesekali aku juga menjilati testisnya dan di sekitar penis. Tak lama kemudian penis Doni sudah tegang sekali, kelihatan seperti tiang yang terbuat dari besi berdiri tegak. Doni menarik lenganku berdiri dari posisi berlutut, dan mendorong tubuhku ke arah balkon kamar di luar. Aku tersenyum membayangkan apa yang akan terjadi berikutnya. 
Dengan tegasnya Doni menaruh kedua tanganku di pagar balkon sambil kita berdua menghadap ke arah pemandangan kota. Lidah Doni menari-nari di tengkuk leherku, memberikan rangsangan-rangsangan nikmat. Aku mulai melenguh panjang supaya terdengar tetangga kamar sebelah ," oooooohhhhh Doni.. it's sooo goooooodd..." 
Tangan Doni meraba-raba pahaku, perlahan-lahan naik ke atas membawa hem dressku naik. Aku meracau lagi dalam bahasa Inggris, "Ohhhh.. yeah.. Don, enak sekaliii.. elo pengen nelanjangin gua di sini don.. oohh.. " 
Sedikit demi sedikit merayap ke arah kemaluanku, tangan Doni mengusap-usap pinggulku di bawah mini dress, kulit tangan menyentuh kulit tubuhku langsung tanpa dihalangi celana dalam. Vagina dan tubuh bawahku terpampang jelas di udara malam yang dingin. "Don, that's it.. that's it baby.. touch my pussy.." 
Dari sudut mataku kulihat korden jendela kamar sebelah bergoyang dan siluet dari dua orang mengintip terlihat jelas. Aku semakin bersemangat menarik perhatian tetanggaku. Doni sudah tidak sabaran rupanya, dan mulai menggosok-gosokkan penisnya ke kemaluanku. Cairan kemaluanku yang sudah mengalir deras sejak tadi membasahi penis Doni yang keras. 
"Ohhh yeah.. rub your cock on my pussy don, please stick it in me", aku sekarang bisa melihat kedua tetanggaku telah membuka pintu balkon mereka, dan sedang menonton kami berdua berhubungan intim. Sepertinya merekapun akan memulai adegan seks mereka sendiri sebentar lagi. 
Doni memegang pinggulku dengan keras, dan tiba-tiba mendorong penisnya masuk ke liang senggamaku. 
"Yeesssss.. itt'sss so biiiiggg baby.. ", aku terus meracau menggambarkan nafsu birahiku. 
Penis doni masuk sampai ke ujung vaginaku yang terdalam, memberikan kenikmatan yang luar biasa, lalu Doni berhenti sebentar supaya vaginaku terbiasa dengan ukuran penisnya. 
"Don please fuck meeeee.. fuck me hard like a whore", aku memohon-mohon doni untuk mengentotku dengan keras. 
Tangan doni berpindah ke pundakku, menurunkan baju atasku ke pinggang hingga sekarang seluruh tubuhku terlihat jelas hanya pinggangku yang tertutup dress mini ku. Sambil meremas-remas buah dadaku, Doni mulai menyetubuhiku dari belakang. Kontolnya yang besar menggosok-gosok liang senggamaku dari dalam. Aku menggeleng-gelengkan kepala penuh kenikmatan duniawi,"Baby, I can feel every inch of your dick inside me, fuck me like a whore.. faster.. faster" 
Di jendela balkon tetanggaku, cowok itu sedang melihat ke arah payudaraku sambil mengentoti ceweknya dengan gaya missionary. Jelas sekali dia sedang membayangkan bersenggama denganku meskipun dia sedang meniduri ceweknya dia sendiri. 
Aku tersenyum dan menjilat bibirku dengan gaya yang sangat sensual. "Oh Don.. you're such a stud. I love your big dick.. Keep fucking me.. fuck me with that big dick of yours" 
Tak lama kemudian penis Doni membesar di dalam vaginaku, dan aku bisa merasakan tubuhnya menegang. 
Aku segera membalik dan menyedot penisnya keras-keras sambil berjongkok. Ketika Doni memuncratkan spermanya di mulutku, aku bisa merasakan aroma sperma Doni dan aroma cairan vaginaku bercampur di mulutku. Kutelan semuanya dan kujilat bersih kemaluan Doni. 
Kulepaskan dressku, dan menyisakan hanya sepatu hak tinggiku. Tangan Doni meremas dan mengusap tubuhku yang bugil di balkon sambil kami berciuman, ditontoni pasangan kamar sebelah yang sedang bersetubuh. Lengan Doni yang kekar merengkuh dan mengangkat tubuhku masuk kembali ke dalam kamar. 
Sesampainya di ranjang, dia menjatuhkan tubuhku ke ranjang yang berukuran besar. Kami bersenggama sekali lagi di ranjang dengan aku masih mengenakan hanya sepatu hak tinggi. 
Lalu kami langsung tertidur bugil kecapaian setelah seharian penuh aktivitas sekolah dan seks. Aku berharap servisku malam itu cukup untuk menebus rasa bersalahku untuk menikmati perkosaan beramai-ramai dua minggu yang lalu. 
Keesokan harinya kami berhubungan intim terus sejak bangun pagi, sampai akhirnya waktu check-out tiba dan kami harus keluar kamar. Kami berdua pulang ke apartemenku, dan aku meneruskan usahaku menebus rasa salah dengan mengentoti Doni seharian, bahkan membiarkan Doni mencicipi kenikmatan anal seks denganku. 
Tapi toh rasa bersalah itu masih terus ada di sudut hatiku, dibayangi kenikmatan seks dengan 6 pria sekaligus..






Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More