Jumlah penderita gangguan seks tidak sedikit, tapi hanya sedikit yang meminta bantuan terapis seks untuk membantu mencari jalan keluarnya. Ini karena masalah seks dianggap tabu untuk dibicarakan dengan orang lain. Kapan sebenarnya perlu ke terapis seks?
Jika mengalami masalah di tempat tidur, solusi terbaiknya bisa jadi ada di kantor terapis. Sebuah penelitian yang baru-baru ini dipublikasikan di jurnal Cancer menemukan bahwa terapi seks dapat membantu mengatasi disfungsi ereksi pada penderita kanker prostat.
Peneliti menemukan bahwa pria yang berkonsultasi dengan terapis seks secara online atau tatap muka selama 12 minggu mendapat manfaat yang signifikan dalam fungsi dan kepuasan seksualnya, sedangkan pria yang tidak menemui terapis tidak mengalam perbaikan.
Meskipun manfaatnya baru terlihat setelah setahun kemudian, jelas bahwa terapi seks bukan hanya untuk orang-orang yang sedang menjalani pengobatan kanker.Sebelum Viagra diperkenalkan, terapi seks adalah penanganan yang diberikan untuk mengobati disfungsi ereksi, ejakulasi dini, dan rendahnya gairah seks.
"Terapi seks melibatkan pertemuan dengan seorang konselor yang terlatih untuk membicarakan tentang kehidupan seks, sehingga terapis dapat memberikan informasi dan latihan di rumah untuk membantu mereka yang bermasalah," kata Debby Herbenick, Ph.D., ilmuwan dari Indiana University dan penulis buku 'Great in Bed' seperti dikutip dari Menshealth.com, Jumat (7/10/2011).
"Seks adalah suatu topik yang dianggap tabu bagi orang-orang yang tidak banyak tahu tentang gangguan seksual atau mana yang normal dan mana yang tidak. Berbagi informasi seksual dalam sesi terapi dapat mengubah hidup seseorang," ungkap Herbenick.
Terapi seks merupakan pilihan pengobatan untuk orang yang menderita karena rendahnya gairah seksual, seks yang menyakitkan, sulit mencapai ereksi atau mempertahankan ereksi, atau memiliki masalah dengan pasangan.
Berikut adalah beberapa tanda-tanda peringatan seseorang harus segera harus menemui terapis.
1. Masalah yang terus berlanjut
Tentunya setiap pria memiliki waktu di mana ia sulit mengalami ereksi setelah menghabiskan malam yang panjang di luar. Tapi jika masalah ejakulasi atau ereksi bertahan lebih dari 2 minggu, bisa jadi ada masalah yang lebih serius seperti stres atau kecemasan.
2. Menyebabkan masalah dalam hubungan
"Jika masalah seksual menyebabkan pertengkaran dengan pasangan, saatnya untuk mendapat intervensi pihak ketiga," kata Herbenick.
Stres yang berasal dari seks dapat membuat gelisah. Terapis dapat membantu mengidentifikasi bagian-bagian mana dalam suatu hubungan yang mungkin menyebabkan perselisihan dan memberikan petunjuk bagaimana meannganinya.
3. Merasa bersalah atau malu
Dengan banyaknya ulasan media soal pornografi dan seks, seseorang mungkin mulai mempertanyakan kebiasaan seksualnya sendiri. Jika seseorang merasa bersalah tentang apa yang dilakukan atau dirasakan, bicarakan dengan seorang profesional untuk membantu memilah-milah mengapa.
4. Seks itu menyakitkan
Stres di tempat tidur dapat diakibatkan dari seks yang menyakitkan, biasanya dikarenakan obat atau masalah kesehatan lain.
Terapis dapat memberikan saran mengenai posisi yang paling nyaman atau bermanfaat bagi klien dan pasangan berdasarkan ukuran tubuh dan situasi. Terapis juga dapat memberikan informasi dan saran mengenai teknik-teknik relaksasi.
5. Dia tidak tertarik
"Kebanyakan pasangan pasti melalui periode dimana mereka tidak bergairah untuk melakukan seks," kata Herbenick. Hal ini mungkin akibat dari stres atau kelelahan. Tetapi jika berlangsung lebih dari beberapa bulan, mungkin ada masalah.
Seorang terapis dapat merekomendasikan teknik komunikasi yang baik untuk menjelaskan kepada pasangan bagaimana belajar mengatakan tidak untuk seks tanpa menganggu hubungan. Jika tidak ingin menemui terapis namun masih ingin meningkatkan gairahnya, cobalah pegang tangannya atau lakukan sesuatu yang membuat dia senang.
Jika mengalami masalah di tempat tidur, solusi terbaiknya bisa jadi ada di kantor terapis. Sebuah penelitian yang baru-baru ini dipublikasikan di jurnal Cancer menemukan bahwa terapi seks dapat membantu mengatasi disfungsi ereksi pada penderita kanker prostat.
Peneliti menemukan bahwa pria yang berkonsultasi dengan terapis seks secara online atau tatap muka selama 12 minggu mendapat manfaat yang signifikan dalam fungsi dan kepuasan seksualnya, sedangkan pria yang tidak menemui terapis tidak mengalam perbaikan.
Meskipun manfaatnya baru terlihat setelah setahun kemudian, jelas bahwa terapi seks bukan hanya untuk orang-orang yang sedang menjalani pengobatan kanker.Sebelum Viagra diperkenalkan, terapi seks adalah penanganan yang diberikan untuk mengobati disfungsi ereksi, ejakulasi dini, dan rendahnya gairah seks.
"Terapi seks melibatkan pertemuan dengan seorang konselor yang terlatih untuk membicarakan tentang kehidupan seks, sehingga terapis dapat memberikan informasi dan latihan di rumah untuk membantu mereka yang bermasalah," kata Debby Herbenick, Ph.D., ilmuwan dari Indiana University dan penulis buku 'Great in Bed' seperti dikutip dari Menshealth.com, Jumat (7/10/2011).
"Seks adalah suatu topik yang dianggap tabu bagi orang-orang yang tidak banyak tahu tentang gangguan seksual atau mana yang normal dan mana yang tidak. Berbagi informasi seksual dalam sesi terapi dapat mengubah hidup seseorang," ungkap Herbenick.
Terapi seks merupakan pilihan pengobatan untuk orang yang menderita karena rendahnya gairah seksual, seks yang menyakitkan, sulit mencapai ereksi atau mempertahankan ereksi, atau memiliki masalah dengan pasangan.
Berikut adalah beberapa tanda-tanda peringatan seseorang harus segera harus menemui terapis.
1. Masalah yang terus berlanjut
Tentunya setiap pria memiliki waktu di mana ia sulit mengalami ereksi setelah menghabiskan malam yang panjang di luar. Tapi jika masalah ejakulasi atau ereksi bertahan lebih dari 2 minggu, bisa jadi ada masalah yang lebih serius seperti stres atau kecemasan.
2. Menyebabkan masalah dalam hubungan
"Jika masalah seksual menyebabkan pertengkaran dengan pasangan, saatnya untuk mendapat intervensi pihak ketiga," kata Herbenick.
Stres yang berasal dari seks dapat membuat gelisah. Terapis dapat membantu mengidentifikasi bagian-bagian mana dalam suatu hubungan yang mungkin menyebabkan perselisihan dan memberikan petunjuk bagaimana meannganinya.
3. Merasa bersalah atau malu
Dengan banyaknya ulasan media soal pornografi dan seks, seseorang mungkin mulai mempertanyakan kebiasaan seksualnya sendiri. Jika seseorang merasa bersalah tentang apa yang dilakukan atau dirasakan, bicarakan dengan seorang profesional untuk membantu memilah-milah mengapa.
4. Seks itu menyakitkan
Stres di tempat tidur dapat diakibatkan dari seks yang menyakitkan, biasanya dikarenakan obat atau masalah kesehatan lain.
Terapis dapat memberikan saran mengenai posisi yang paling nyaman atau bermanfaat bagi klien dan pasangan berdasarkan ukuran tubuh dan situasi. Terapis juga dapat memberikan informasi dan saran mengenai teknik-teknik relaksasi.
5. Dia tidak tertarik
"Kebanyakan pasangan pasti melalui periode dimana mereka tidak bergairah untuk melakukan seks," kata Herbenick. Hal ini mungkin akibat dari stres atau kelelahan. Tetapi jika berlangsung lebih dari beberapa bulan, mungkin ada masalah.
Seorang terapis dapat merekomendasikan teknik komunikasi yang baik untuk menjelaskan kepada pasangan bagaimana belajar mengatakan tidak untuk seks tanpa menganggu hubungan. Jika tidak ingin menemui terapis namun masih ingin meningkatkan gairahnya, cobalah pegang tangannya atau lakukan sesuatu yang membuat dia senang.
0 komentar:
Posting Komentar