Otot penderita ginjal kronis (CKD/Chronic Kidney Disease) cenderung cepat lelah sehingga jarang melakukan olahraga. Namun karena tidak pernah latihan fisik, kebugaran penderita CKD terus menurun.
Penelitian yang dilakukan oleh Susanne Heiwe dari Karolinska Institute di Stockholm Swedia menemukan penderita ginjal kronis yang tetap melakukan olahraga justru bisa meningkatkan kualitas hidupnya karena tubuhnya lebih bugar di tengah kondisi sakitnya.
Pada penderita ginjal kronis fungsi ginjalnya menurun drastis secara bertahap. Padahal ginjal berfungsi untuk menyaring limbah dan kelebihan cairan dalam darah, yang kemudian dikeluarkan lewat urine. Akibat fungsi ginjal yang terus menurun, limbah dan cairan terakumulasi dalam jumlah yang banyak dalam tubuh.
Dalam ulasan yang telah diterbitkan The Cochrane Library, ada beberapa alasan mengapa seseorang yang menderita penyakit ginjal kronis (CKD) sering kehilangan kebugaran dan memiliki saat-saat sulit melakukan aktivitas sehari-hari.
Namun penelitian baru menunjukkan bukti bahwa, seseorang yang menderita CKD termasuk yang telah melakukan transplantasi ginjal, dapat memperoleh manfaat dengan melakukan aktivitas fisik secara teratur.
Penderita CKD yang melakukan aktivitas fisik secara teratur mendapatkan manfaat secara signifikan dibandingkan dengan penderita CKD yang tidak melakukannya.
Beberapa manfaat yang didapatkan oleh penderita CKD karena melakukan aktivitas fisik secara teratur antara lain:
1. Kebugaran fisik yang membaik
2. Tekanan darah normal
3. Detak jantung yang sehat
4. Karakteristik nutrisi yang lebih baik
5. Dapat meningkatkan kualitas hidup oleh karena lebih sehat
Seseorang dikatakan menderita CKD jika ginjal mereka telah rusak atau memiliki kinerja yang buruk, dimana efek kerusakan ginjal bertahan lebih dari 3 bulan. CKD merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia.
Ada beberapa penyebab kerusakan ginjal, antara lain:
1. Penyakit rematik
2. Diabetes
3. Tekanan darah tinggi
Seperti dikutip dari MedicalNewsToday, Jumat (7/10/2011), Susanne Heiwe dari Karolinska Institute di Stockholm, Swedia menjelaskan bahwa otot penderita CKD cenderung cepat lelah, sehingga jumlah latihan fisik yang mereka lakukan berkurang. Hal tersebut akhirnya dapat mengurangi kebugaran penderita CKD.
Meskipun selama 3 dekade terakhir beberapa studi telah menyelidiki cara latihan fisik yang bermanfaat untuk penderita CKD, namun belum diperoleh bukti yang kuat.
Oleh karena hal tersebut, Heiwe dan rekannya yang bernama Stefan Jacobson, menyelidiki data dan hasil dari penelitian yang diambil dari 45 responden yang memenuhi kriteria tertentu. Gabungan dari penelitian tersebut telah melibatkan 1.863 peserta penelitian.
Heiwe dan Jacobson menemukan baik pada penderita CKD yang belum memerlukan perawatan dialisis maupun penderita CKD yang sudah melakukan transplantasi ginjal bisa mendapatkan manfaat dari latihan fisik yang teratur.
Peneliti menemukan berbagai jenis latihan dapat menghasilkan berbagai jenis manfaat. Pada penderita CKD yang diawasi saat melakukan latihan fisik dengan intensitas tinggi dan latihan kardiovaskular selama 4-6 bulan mengalami peningkatan dalam kapasitas aerobik, dibandingkan dengan peserta dalam kelompok kontrol.
Penelitian lain mengungkapkan bahwa, terlepas dari apakah peserta diawasi atau tidak, penderita yang melakukan latihan selama 3 bulan dengan resistensi intensitas tinggi atau yoga dapat meningkatkan kekuatan otot. Namun, ketika peserta yang diawasi selama latihan resistensi intensitas tinggi, kemampuan berjalan juga meningkat lebih dari 3 bulan.
Sampai sekarang mayoritas penyelidikan telah meneliti efek kardiovaskular dari program latihan fisik. "Sekarang perlu untuk mengetahui lebih banyak mengenai efek latihan ketahanan atau pelatihan kardiovaskular dan resistensi campuran," kata Heiwe.
Penelitian lebih lanjut masih sangat diperlukan sehingga dapat ditemukan cara untuk mengatur program latihan seefisien mungkin agar mendapatkan hasil yang diinginkan. Namun, ulasan ini dapat membantu penyedia layanan kesehatan yang dapat menganjurkan latihan fisik yang teratur untuk penderita CKD.
Penelitian yang dilakukan oleh Susanne Heiwe dari Karolinska Institute di Stockholm Swedia menemukan penderita ginjal kronis yang tetap melakukan olahraga justru bisa meningkatkan kualitas hidupnya karena tubuhnya lebih bugar di tengah kondisi sakitnya.
Pada penderita ginjal kronis fungsi ginjalnya menurun drastis secara bertahap. Padahal ginjal berfungsi untuk menyaring limbah dan kelebihan cairan dalam darah, yang kemudian dikeluarkan lewat urine. Akibat fungsi ginjal yang terus menurun, limbah dan cairan terakumulasi dalam jumlah yang banyak dalam tubuh.
Dalam ulasan yang telah diterbitkan The Cochrane Library, ada beberapa alasan mengapa seseorang yang menderita penyakit ginjal kronis (CKD) sering kehilangan kebugaran dan memiliki saat-saat sulit melakukan aktivitas sehari-hari.
Namun penelitian baru menunjukkan bukti bahwa, seseorang yang menderita CKD termasuk yang telah melakukan transplantasi ginjal, dapat memperoleh manfaat dengan melakukan aktivitas fisik secara teratur.
Penderita CKD yang melakukan aktivitas fisik secara teratur mendapatkan manfaat secara signifikan dibandingkan dengan penderita CKD yang tidak melakukannya.
Beberapa manfaat yang didapatkan oleh penderita CKD karena melakukan aktivitas fisik secara teratur antara lain:
1. Kebugaran fisik yang membaik
2. Tekanan darah normal
3. Detak jantung yang sehat
4. Karakteristik nutrisi yang lebih baik
5. Dapat meningkatkan kualitas hidup oleh karena lebih sehat
Seseorang dikatakan menderita CKD jika ginjal mereka telah rusak atau memiliki kinerja yang buruk, dimana efek kerusakan ginjal bertahan lebih dari 3 bulan. CKD merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia.
Ada beberapa penyebab kerusakan ginjal, antara lain:
1. Penyakit rematik
2. Diabetes
3. Tekanan darah tinggi
Seperti dikutip dari MedicalNewsToday, Jumat (7/10/2011), Susanne Heiwe dari Karolinska Institute di Stockholm, Swedia menjelaskan bahwa otot penderita CKD cenderung cepat lelah, sehingga jumlah latihan fisik yang mereka lakukan berkurang. Hal tersebut akhirnya dapat mengurangi kebugaran penderita CKD.
Meskipun selama 3 dekade terakhir beberapa studi telah menyelidiki cara latihan fisik yang bermanfaat untuk penderita CKD, namun belum diperoleh bukti yang kuat.
Oleh karena hal tersebut, Heiwe dan rekannya yang bernama Stefan Jacobson, menyelidiki data dan hasil dari penelitian yang diambil dari 45 responden yang memenuhi kriteria tertentu. Gabungan dari penelitian tersebut telah melibatkan 1.863 peserta penelitian.
Heiwe dan Jacobson menemukan baik pada penderita CKD yang belum memerlukan perawatan dialisis maupun penderita CKD yang sudah melakukan transplantasi ginjal bisa mendapatkan manfaat dari latihan fisik yang teratur.
Peneliti menemukan berbagai jenis latihan dapat menghasilkan berbagai jenis manfaat. Pada penderita CKD yang diawasi saat melakukan latihan fisik dengan intensitas tinggi dan latihan kardiovaskular selama 4-6 bulan mengalami peningkatan dalam kapasitas aerobik, dibandingkan dengan peserta dalam kelompok kontrol.
Penelitian lain mengungkapkan bahwa, terlepas dari apakah peserta diawasi atau tidak, penderita yang melakukan latihan selama 3 bulan dengan resistensi intensitas tinggi atau yoga dapat meningkatkan kekuatan otot. Namun, ketika peserta yang diawasi selama latihan resistensi intensitas tinggi, kemampuan berjalan juga meningkat lebih dari 3 bulan.
Sampai sekarang mayoritas penyelidikan telah meneliti efek kardiovaskular dari program latihan fisik. "Sekarang perlu untuk mengetahui lebih banyak mengenai efek latihan ketahanan atau pelatihan kardiovaskular dan resistensi campuran," kata Heiwe.
Penelitian lebih lanjut masih sangat diperlukan sehingga dapat ditemukan cara untuk mengatur program latihan seefisien mungkin agar mendapatkan hasil yang diinginkan. Namun, ulasan ini dapat membantu penyedia layanan kesehatan yang dapat menganjurkan latihan fisik yang teratur untuk penderita CKD.
0 komentar:
Posting Komentar