Hidup
 yang multikompleks dewasa ini membuat kita bisa terlanda “penyakit” 
aneh yang sulit diatasi, baik oleh kekebalan tubuh sendiri maupun 
obat-obatan. Bagaimana kiatnya agar kita tetap sehat tanpa harus sering 
berobat.
Sudah bukan rahasia lagi bahwa tubuh kita mempunyai sistem kekebalan 
yang mampu melindungi badan dari serangan penyakit. Itu kalau sistemnya 
bekerja! Kadang-kadang suka ngadat. 

Kalau sudah begitu, ya apa boleh buat! Kita terpaksa berobat. Namun, niscaya juga tidak ada salahnya, mencoba berbagai kiat hidup mencegah penyakit tanpa tergantung pada obat-obatan. 
Di mana-mana, yang dapat dipakai untuk itu: mencegah sebelum terjadi itu
 lebih baik daripada mengobati yang sudah telanjur marak. Berikut 10 
tips yang bisa membantu anda.
1. Kenali diri Anda, baik fisik maupun kejiwaan
Ini agak filosofis, memang, tetapi sebenarnya justru di sini letak kunci
 segalanya. Dengan mengenali diri sendiri, kita dapat mengetahui 
kelemahan fisik tubuh kita, lalu dapat memutuskan apa yang baik dan 
boleh dilakukan bagi tubuh, dan apa yang tidak. 
Orang yang tanpa disadari telah keenakan menyantap makanan yang asin 
secara berlebihan, misalnya, lama-kelamaan merasakan tubuhnya berubah, 
seperti cepat merasa pusing, berkurang keseimbangan tubuhnya, dan sering
 merasakan aneka gejala tidak enak badan. 
Setelah memeriksakan badan ke dokter, baru diketahui tubuhnya mulai mengidap “penyakit”
 tekanan darah tinggi. Kalau sejak itu ia berusaha sungguh-sungguh untuk
 mengurangi makanan asin dan berlemak, sambil melakukan olahraga ringan 
secara teratur, maka “penyakit”-nya tidak mudah kumat, dan ia tidak 
perlu sering pergi ke dokter lagi.
Bila Anda mempunyai keluhan seperti itu, seyogianyalah mencontoh orang 
yang mengenal kelemahan dirinya sendiri itu. Begitu juga orang yang 
mudah marah dan sukar mengendalikan diri karena tidak mengenal 
kekurangan dirinya sendiri. 
Setelah mengenal kelemahannya, dan mau memperbaiki kebiasaannya yang 
merugikan, lama-lama ia mahir menjaga agar tidak mudah terpancing 
emosinya. Itu berkat ia berusaha mengenal dirinya sendiri juga. 
2. Tidak terburu-buru merasa sakit
Hanya karena bersin, batuk, atau agak demam, orang telah memutuskan 
untuk minum obat. Padahal acap kali setelah dibiarkan tiga hari, gejala 
sakit itu hilang sendiri. 
Tubuh memang mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan sendiri. Hanya 
dengan beristirahat cukup, gejala sakit itu sudah hilang sendiri. Gejala
 pusing kadang bahkan dapat hilang hanya karena menghirup udara segar di
 taman yang tidak tercemar udara knalpot.
Gejala batuk dan bersin memang merupakan tanda serius juga, bahwa tubuh 
sedang berusaha mengeluarkan kuman penyakit dari saluran pernapasan. 
Demam berkeringat merupakan tanda tubuh sedang melawan serangan kuman. 
Kalau gejala itu berlangsung selama tiga hari, karena beratnya serangan,
 ya apa boleh buat, kita ke dokter untuk konsultasi medis. 
3. Mengusahakan variasi makanan sehari-hari
Melakukan variasi santapan, berangkat dari asumsi bahwa ada bahan 
makanan tertentu yang lebih bermanfaat daripada jenis makanan biasa 
sehari-hari. Kalau ini kita pakai sebagai selingan bagi jenis makanan 
sehari-hari, maka kedua kelompok bahan itu dapat saling melengkapi. 
Bila kita terbiasa makan daging ayam dan sapi, sebaiknya mengubah 
kebiasaan itu, dan sekali-sekali makan ikan segar, tempe, dan tahu 
sebagai selingan. Bahan ini mempunyai kadar lemak tak jenuh yang banyak,
 dan berpotensi mengurangi risiko tekanan darah tinggi. 
Sebaliknya, kalau kita terbiasa makan ikan, tempe, dan tahu telur saja 
sehari-hari, pada suatu kesempatan makan santapan istimewa pada 
kondangan temanten, atau arisan keluarga besar, ambil saja daging ayam 
atau sapi. Protein daging hewan berperan mempertahankan laju pertumbuhan
 tubuh dan mengganti sel-sel jaringan yang rusak.
Begitu juga dengan sayuran. Kalau hari demi hari kita makan sayur mayur 
hijau, karena beranggapan bahwa yang serba hijau itu pasti bagus, 
sesekali perlu variasi menyantap sayuran dan buah-buahan tidak hijau, 
seperti tomat, wortel, jagung muda, paprika merah (sebagai sayur), 
pisang, mangga, apel, jeruk (sebagai pencuci mulut). 
4. Menyesuaikan konsumsi dengan tingkatan umur
Jumlah zat gizi yang diperlukan tubuh berbeda-beda bergantung pada umur,
 jenis kegiatan, dan kondisi tubuh (dalam keadaan sakit atau sehat). 
Pada anak-anak dan remaja yang sedang giat-giatnya tumbuh, kelima unsur 
dalam makanan (karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, serta 
air) sangat diperlukan, sehingga tidak perlu dibatasi. 
Sebaliknya, pada orang dewasa dan lanjut usia, pembatasan itu mutlak 
perlu. Karbohidrat dan lemak sebagai penghasil energi harus dikurangi 
jumlahnya, mengingat kegiatan fisik mereka sudah menurun. Cara 
mengurangi karbohidrat dan lemak ialah dengan mengurangi porsi nasi dan 
goreng-gorengan. Sebaliknya, vitamin dan mineral serta air justru harus 
dimakan dengan cukup. 
Zat-zat ini sangat perlu untuk memperlancar metabolisme dalam tubuh, dan
 meningkatkan daya tahannya. Hanya perlu diingat bahwa yang paling baik 
ialah memakai vitamin alamiah, seperti yang terkandung dalam buah dan 
sayuran segar. Sedangkan air yang diminum harus yang steril, aman dari 
kuman, seperti air mineral yang benar memenuhi syarat sebagai air 
mineral. 
Boleh juga air biasa yang selalu sudah direbus lebih dulu. Lebih kurang 
60% dari bobot badan kita berupa air atau cairan. Itu berarti kita harus
 minum air lebih banyak daripada unsur makanan yang lain. 
Orang yang sedang sakit dan terpaksa minum obat, malah harus minum air 
lebih banyak lagi. Penderita “penyakit” sulit buang air, bisa tertolong 
dari penderitaannya dengan setiap hari minum 2 - 3 gelas air putih 
sebelum pergi ke belakang.
Konsumsi protein pada orang dewasa dan lansia juga perlu dikurangi, 
meskipun tidak sebanyak pengurangan karbohidrat dan lemak. Cara 
mengurangi protein ini ialah dengan mengganti menu makanan sumber 
protein hewani dengan makanan sumber protein nabati, yang kadar 
proteinnya kurang atau hanya sedikit. Misalnya, kacang-kacangan, tahu, 
dan tempe. 
5. Berolahraga secara teratur sesuai kemampuan
Berolahraga bertujuan memperlancar peredaran darah, dan mempercepat 
penyebaran impuls urat saraf ke bagian tubuh atau sebaliknya, sehingga 
tubuh senantiasa bugar.
Banyak orang berpendapat, tanpa olahraga pun kita sebenarnya juga sudah 
bergerak badan mirip olahraga, kalau melakukan pekerjaan fisik 
sehari-hari seperti menyapu lantai, membersihkan rumah, mencuci, dan 
menjemur pakaian. 
Tetapi apakah “olahraga” semacam ini dapat kita lakukan secara teratur 
dan berkesinambungan? Itu masalah tersendiri! Diperlukan kemauan yang 
kuat, berdasarkan keyakinan bahwa olahraga itu mutlak perlu agar badan 
tetap bugar, karena peredaran darah diperlancar tadi. 
Pada gilirannya ini dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Para penderita 
tekanan darah tinggi, penyakit jantung, infeksi paru-paru, dan kencing 
manis, hendaknya berkonsultasi ke dokter dulu untuk mengetahui jenis 
olahraga apa yang cocok. Biasanya olahraga yang intensitasnya rendah dan
 dilakukan tidak terlalu lama.
Orang normal yang tidak mengidap penyakit, sangat baik memilih olahraga 
yang kapasitas aerobiknya tinggi seperti renang, aerobik yang high 
impact, naik sepeda stasioner, dan joging. 
6. Selalu menjaga kebersihan
Lingkungan bersih di rumah, halaman, dan kompleks hunian memberi suasana
 segar dan nyaman. Sebuah penelitian di Amerika Serikat menunjukkan 
bahwa kelompok rumah yang mempunyai halaman dan lingkungan tertata baik,
 hijau, dan asri, mempunyai persentase kesehatan penghuninya jauh lebih 
baik daripada kelompok rumah miskin tanaman.
Lingkungan bersih membuat tubuh kita juga bersih, baik jasmani maupun 
rohani. Kondisi ini mampu mencegah penyakit jasmani seperti infeksi 
kulit, alergi debu, flu, bronkitis, dan “penyakit” rohani seperti stres,
 frustrasi dan depresi, biang kerok menurunnya sistem kekebalan tubuh. 
7. Meluangkan waktu untuk bersantai
Meluangkan waktu tidak berarti minta istirahat lebih banyak daripada 
bekerja produktif sampai melebihi kepatutan. Tidak! Meluangkan waktu 
untuk istirahat itu sebentar saja, dan ini perlu, untuk setel kendo 
sejenak di antara ketegangan jam sibuk bekerja sehari-hari. 
Ini perlu dilakukan secara rutin. Bersantai juga tidak berarti harus 
melakukan rekreasi yang melelahkan, tetapi cukup berkumpul membicarakan 
masalah keseharian dengan rekan sekantor, tetangga atau keluarga di 
rumah. Bukan tidak mungkin, mereka dapat membantu memecahkan masalah, 
atau setidak-tidaknya meringankan beban pikiran. 
Bersantai seorang diri dengan merenung dan mawas diri juga perlu. Makin 
sering dan rutin ini dilakukan, makin bagus keseimbangan jiwa kita. 
Tidur nyaman juga bentuk bersantai seorang diri. Stamina akan pulih 
dengan cepat, dan keseimbangan hormon dalam tubuh juga cepat tercapai.
Tubuh letih dan pikiran kusut kalau dibiarkan berkepanjangan (sampai 
dibawa ke kamar tidur), akan menurunkan daya kerja sistem kekebalan 
tubuh. Pada gilirannya memudahkan serangan penyakit. 
8. Back to nature
Trend pada awal dekade 1990-an di negeri Barat ini dilandasi pengalaman 
bahwa gaya hidup pada zaman modern mendorong orang mengubah kebiasaan 
makan, seperti misalnya lebih sering menyantap makanan kalengan, sambal 
botolan, atau buah awetan. 
Juga jarang bergerak badan karena kemudahan memakai alat bantu rumah 
tangga, seperti mencuci pakaian dengan mesin cuci, menyapu lantai dengan
 penyedot debu, bepergian dengan kendaraan, padahal cuma dekat dan lebih
 sehat dilakukan dengan jalan kaki. Tubuh kita jadi manja, karena jarang
 bergerak, sehingga mudah sakit karena lembek. 
Sebaliknya, seorang pendekar silat, walaupun hidup di tengah zaman 
modern, selalu sehat tubuhnya karena masih sering berjalan kaki, latihan
 rutin dengan menggerakkan badan, dan tidak memakai alat bantu hasil 
teknologi modern yang membuat orang jadi lembek.
Untuk kembali dekat dengan alam, kita bukannya harus ikut menjadi 
pendekar silat, tetapi setidak-tidaknya menghindari bahan makanan 
kalengan, dan malah memperbanyak makan sayuran dan buah yang segar. 
9. Mengolah pernapasan
Mengolah pernapasan berarti mengatur cara dan frekuensi bernapas agar 
lebih efisien. Dengan menghirup udara (oksigen) perlahan-lahan dalam 
hitungan 15 kemudian melepaskannya kembali pelan-pelan juga dalam 
hitungan 15, kita bisa menahan oksigen dalam badan lebih lama daripada 
biasanya. 
Oksigen akan dipakai oleh organ tubuh secara efektif, walaupun jumlahnya
 cuma sedikit. Selama ini kita bernapas dengan frekuensi yang tidak 
teratur. Kadang lambat, kadang cepat. Oksigen yang diirup juga cepat 
keluar lagi. Belum sampai dimanfaatkan dengan baik, sudah keburu keluar.
 Dalam satu menit kita benapas lima kali atau lebih.
Tetapi, dengan latihan teratur frekuensi bernapas itu bisa kurang dari 
lima kali dalam semenit. Setiap kalinya selalu dalam, dan berdaya guna. 
Akibatnya, oksigen yang dihirup cukup sedikit saja, tetapi sudah 
efektif. 
Organ tubuh akan menyesuaikan diri dengan ketersediaan oksigen yang 
sedikit ini, dan itu justru menguntungkan tubuh. Sebab, dengan oksigen 
sedikit, tetapi toh sudah efektif itu, tubuh tidak kebanjiran hasil 
pernapasan berupa  CO2 banyak-banyak, yang tidak baik bagi kesehatan. 
10. Menggemari bacaan kesehatan
Ungkapan “Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta” sangat 
pas untuk menyindir orang yang ingin tubuhnya sehat, tetapi tidak mau 
bersusah payah mendekati bacaan tentang kesehatan. 
Kalau dekat, kita akan tahu seluk-beluk kesehatan itu lebih baik, dan 
kemudian dapat memakainya untuk menyusun siasat menghindari gangguan 
penyakit. 




0 komentar:
Posting Komentar